Who's Fransisca Betha?

Tuesday 14 January 2014

Menyapih Anak Dengan Cinta (Weaning with Love)

Menyusui merupakan kedekatan yang sangat intens antara ibu dan bayinya. Sehingga saat harus melalui proses menyapih, seringkali ibu merasa tak tega untuk melakukannya. Demikian pula bagi si bayi, yang juga tak rela berpisah dari ibunya. Akibatnya, proses yang sebenarnya alamiah ini, maju mundur bahkan menimbulkan masalah yang bisa menjadi momok bagi ibu dan anak.

Mestinya selama proses penyapihan itu tidak perlu terjadi saling menekan antara ibu dan anak karena proses tersebut alami. Menyapih bukan proses pemisahan hubungan antara ibu dan anak, baik secara fisik maupun emosi. Menyapih adalah bagian dari fase perkembangan yang harus dijalani oleh anak. Justru karena cinta ibu, anak harus melewati fase perkembangan ini untuk menghadapi fase perkembangan selanjutnya.

Fase belajar. Saat proses penyapihan terjadi, sebenarnya anak sedang berada pada fase alami untuk:
  • Belajar mengenal aneka ragam rasa dan tekstur makanan.
  • Latihan mengunyah makanan padat karena gigi dan rahangnya 'diuji' agar dapat berkembang secara optimal.
  • Latihan kemandirian, sebab anak tidak harus bergantung lagi pada ASI setiap ia merasa lapar atau haus. Dia sudah bisa menikmati makanan padatnya.
  • Latihan percaya pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Saat ini Anda bukanlah satu-satunya orang yang bisa memenuhi kebutuhannya. Selain itu anak juga sedang berlatih untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Kerelaan ibu dan si bayi untuk mengakhiri kegiatan menyusu adalah kunci utama dari menyapih dengan cinta atau weaning with love.

Kalau ada anjuran: olesi saja daerah areola (puting) ibu dengan buah mengkudu atau obat merah agar bayi tak ingin menyusu, abaikan saran ini. Menyapih anak dengan cara ini sama dengan melakukan kekerasan padanya. Ibu mengambil paksa 'kepemilikannya', yang dapat menimbulkan luka batin. Lakukan sepenuh cinta dengan langkah-langkah ini:
  1. Kurangi frekuensi menyusui secara bertahap dimulai pada siang hari. Sebab pada saat inilah waktu yang tepat untuk mengenalkan dia pada sesuatu yang baru, seperti rasa, bentuk dan tekstur pada makanan pendamping ASI (MP-ASI).
  2. Tambah pemberian MP-ASI sebanyak 3-4 kali sehari untuk mengurangi pemberian ASI pada siang hari.
  3. Tetapkan tempat menyusui hanya pada satu tempat, misalnya di kamar. Gunanya agar si kecil tidak meminta susu di sembarang tempat sekaligus mengajaknya untuk belajar mengenal aturan.
  4. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang selama proses menyapih, misalnya mendekap, mengusap atau mencium agar anak tahu bahwa Anda tetap menyayangi dia meski Anda sudah tidak menyusuinya lagi.
  5. Bulatkan tekad. Artinya ibu benar-benar siap untuk melepaskan aktivitas ini. Bila ibu ragu-ragu, ibu akan kesulitan sendiri. Ingat, keraguan ibu akan mudah terbaca oleh anak. Alhasil, anak pun menjadi tidak rela disapih.
  6. Sapih anak saat ia dalam keadaan sehat, karena dalam keadaan sakit ia akan semakin butuh kelekatan dengan ibu sebagai rasa nyaman & aman.  
  7. Libatkan suami sebagai orang yang mampu menghibur dan mengalihkan perhatian anak ketika rewel minta ASI.
  8. Berikan penjelasan pada anak mengapa ia harus disapih. Misalnya, “Ayo, kamu sudah besar, sudah tidak perlu lagi menyusu bunda. Makan kue saja yuk. Atau minum susu di cangkir?” Lakukan dengan sabar, lembut dan cinta ibu. Jangan pernah bosan untuk memberikan alasan padanya.
  9. Ganti aktivitas menyusu dengan membaca buku atau mendongeng sebelum tidur. Aktivitas ini tidak jauh berbeda saat ibu menyusuinya bukan?
Ada aturannya? Pernyataan WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 2001, “Tidak ada keharusan anak disapih pada usia 2 tahun. Benar bila ibu menyusui bayi secara eksklusif di enam bulan pertama kehidupannya. Kemudian ASI dapat dilanjutkan secara bersamaan dengan MP-ASI hingga anak berusia 2 tahun. Tapi tidak ada keharusan kapan harus menyapih.” Penelitian Dewey KG, Pediatric Clinics of North American, tahun 2001, ASI masih boleh diberikan pada anak usia 2 tahun karena masih mengandung: 43% protein, 36% kalsium, 75% vitamin A, dan 60% vitamin C. (me)
sumber: www.ayahbunda.co.id 

No comments:

Post a Comment