Definisi dan Jenis Lupus
Lupus adalah suatu kondisi yang dikarakteristikkan oleh peradangan
kronis dari jaringan-jaringan tubuh yang disebabkan oleh penyakit
autoimun. Penyakit-penyakit autoimun adalah penykit-penyakit yang
terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh sistim imunnya
sendiri. Sistim imun adalah suatu sistim yang kompleks didalam tubuh
yang dirancang untuk memerangi/melawan agen-agen yang menular,
contohnya, bakteri-bakteri, dan penyerbu-penyerbu asing lainnya. Salah
satu dari mekanisme yang digunakan oleh sistim imun untuk melawan
infeksi-infeksi adalah produksi dari antibodi-antibodi. Pasien-pasien
dengan lupus memproduksi antibodi-antibodi yang abnormal didalam
darahnya yang mentargetkan jaringan-jaringan didalam tubuhnya sendiri
dari pada agen-agen menular asing. Karena antibodi-antibodi dan sel-sel
peradangan yang mendampinginya dapat melibatkan jaringan-jaringan dimana
saja didalam tubuh, lupus mempunyai potensi untuk mempengaruhi beragam
area-area tubuh. Kadangkala lupus dapat menyebabkan penyakit kulit, jantung, paru-paru, ginjal, persendian-persendian, dan/atau sistim syaraf. Ketika hanya kulit yang terlibat, kondisi ini disebut
lupus diskoid (discoid lupus). Ketika organ-organ internal yang terlibat, kondisi ini disebut
lupus sistemik eritematosus (systemic lupus erythematosus, SLE).
Kedua-duanya lupus diskoid dan lupus sistemik adalah lebih umum pada
wanita dari pada pria (kira-kira delapan kali lebih umum). Penyakit
dapat mempengaruhi semua umur namun paling umum mulai dari umur 20
hingga umur 45. Lebih sering pada oranr-orang Amerika keturunan Afrika
dan orang-orang keturunan China dan Jepang.
Penyebab Lupus
Alasan yang tepat untuk autoimun yang abnormal yang menyebabkan lupus
masih belum diketahui. Gen-gen yang diwariskan, viris-virus, sinar
ultraviolet, dan obat-obatan mungkin semuanya memainkan peran yang sama.
Faktor-faktor genetik meningkatkan kecenderungan mengembangkan
penyakit-penyakit autoimun, dan penyakit-penyakit autoimun seperti
lupus, rheumatoid arthritis, dan kelainan-kelainan imun tiroid adalah
lebih umum diantara saudara-saudara dari pasien-pasien dengan lupus dari
pada populasi umum. Beberapa ilmuwan-ilmuwan percaya bahwa sistim imun
pada lupus lebih mudah distimulasi oleh faktor-faktor eksternal seperti
virus-virus atau sinar ultraviolet. Kadangkala, gejala-gejala lupus
dapat dipercepat atau diperburuk oleh hanya suatu periode yang singkat
dari ekspose pada matahari.
Juga diketahui bahwa beberapa wanita dengan SLE dapat mengalami
perburukkan dari gejala-gejalanya sebelum periode-periode haidnya.
Peristiwa-peristiwa ini, bersama dengan dominasi SLE pada wanita,
menyarankan bahwa hormon-hormon wanita memainkan suatu peran yang
penting pada ungkapan dari SLE. Hubungan hormon ini adalah suatu area
yang aktif dari studi-studi oleh ilmuwan-ilmuwan yang sedang berjalan.
Baru-baru ini, penelitian telah mendemontrasikan bukti bahwa suatu
kunci kegagalan enzim untuk membuang sel-sel yang mati dapat
berkontribusi pada pengembangan SLE. Enzim DNase1, umumnya mengeliminasi
apa yang disebut "sampah DNA" ("garbage DNA") dan puing-puing sel-sel
lainnya dengan mencincang mereka menjadi fragmen-fregmen kecil untuk
memudahkan pembuangan. Peneliti-peneliti mematikan gen-gen DNase1 pada
tikus-tikus. Tikus-tikus itu kelihatannya sehat pada waktu lahir namun
setelah enam sampai delapan bulan, mayoritas dari tikus-tikus tanpa
DNase1 menunjukkan tanda-tanda dari SLE. Jadi, suatu mutasi genetik
didalam suatu gen yang dapat mengganggu pembuangan sampah sel-sel tubuh
mungkin terlibat dalam permulaan dari SLE.
Lupus yang diinduksi oleh Obat
Lusinan dari obat-obatan telah dilaporkan memicu SLE; bagaimanapun,
lebih dari 90% dari lupus yang disebabkan oleh obat terjadi sebagai
suatu efek sampingan dari satu dari enam obat-obat berikut:
hydralazine (digunakan untuk tekanan darah tinggi),
quinidine dan
procainamide (digunakan untuk aritmia/irama jantung abnormal),
phenytoin (digunakan untuk epilepsi),
isoniazid [(Nydrazid, Laniazid), digunakan untuk TBC/tuberculosis],
d-penicillamine
(digunakan untuk rheumatoid arthritis). Obat-obat ini diketahui
menstimulasi sistim imun dan menyebabkan SLE. Untungnya, SLE yang
disebabkan oleh obat jarang terjadi (jumlahnya lebih kecil dari 5% dari
SLE diantara semua pasien-pasien dengan SLE) dan umumnya hilang ketika
obat-obatnya dihentikan.
Gejala-Gejala dan Tanda-Tanda Lupus
Pada lupus diskoid, secara khas hanya kulit yang terlibat. Kulit yang
memerah (skin rash) pada lupus diskoid seringkali ditemukan pada muka
dan kulit kepala. Umumnya merah dan mungkin mempunyai batasan-batasan
yang menonjol. Rash dari lupus diskoid umumnya tidak sakit dan tidak
gatal, namun luka yang meninggalkan parut dapat menyebabkan kehilangan
rambut yang permanen. Dengan berjalannya waktu, 5%-10% dari
pasien-pasien dengan lupus diskoid dapat mengembangkan SLE.
Pasien-pasien dengan SLE dapat mengembangkan kombinasi-kombinasi yang
berbeda-beda dari gejala-gejala dan keterlibatan organ. Keluhan-keluhan
yang umum termasuk kelelahan, demam ringan, hilang nafsu makan, sakit
otot-otot, arthritis, borok-borok (ulcers) dari mulut dan hidung, rash
muka ("butterfly rash"), kepekaan yang tidak biasa terhadap sinar
matahari (photosensitivity), peradangan dari lapisan yang mengelilingi
paru-paru (
pleuritis) dan jantung (
pericarditis), dan sirkulasi yang miskin ke jari-jari tangan dan jari-jari kaki dengan ekspose pada hawa dingin (Raynaud's phenomenon).
Keterlibatan organ yang lebih serius dengan peradangan terjadi di
otak, hati/liver, dan ginjal. Sel-sel darah putih dan faktor-faktor
pembeku darah juga dapat berkurang pada SLE, dengan demikian
meningkatkan risiko dari infeksi dan perdarahan.
Lebih dari separuh pasien-pasien dengan SLE mengembangkan suatu rash
muka yang khas merah dan rata pada jembatan hidungnya. Karena bentuknya,
dia seringkali disebut sebagai "
butterfly rash" dari SLE. Rash
ini tidak sakit dan tidak gatal. Rash muka bersama dengan peradangan
pada organ-organ lain dapat dipercepat atau diperburuk oleh ekspose pada
sinar matahari, suatu kondisi yang disebut
photosensitivity.
Photosensitivity ini dapat didampingi oleh perburukkan dari peradangan
diseluruh tubuh, disebut suatu "nyala api (flare)" dari penyakit.
Kebanyakan dari pasien-pasien dengan SLE akan mengembangkan arthritis
selama perjalanan penyakitnya. Arthritis pada SLE umumnya melibatkan
pembengkakkan, sakit, kekakuan, dan bahkan deformasi dari sendi-sendi
kecil tangan, pergelangan-pergelangan, dan kaki-kaki. Kadangkala,
arthritis dari SLE dapat meniru yang dari rheumatoid arthritis (penyakit
autoimun lainnya).
Peradangan dari otot-otot (
myositis) dapat menyebabkan sakit otot dan kelemahan. Peradangan dari pembuluh-pembuluh darah (
vasculitis)
yang mensuplai oksigen ke jaringan-jaringan, dapat menyebabkan luka
yang terisolasi pada suatu syaraf, kulit, atau suatu organ internal.
Pembuluh-pembuluh darah disusun dari arteri-arteri yang memberikan darah
yang kaya oksigen ke jaringan-jaringan tubuh dan vena-vena yang
mengembalikan darah yang oksigennya sudah dihabiskan dari
jaringan-jaringan ke paru-paru. Vasculitis dikarakteristikkan oleh
peradangan dengan kerusakkan pada dinding-dinding dari berbagai
pembuluh-pembuluh darah. Kerusakan itu menghalangi sirkulasi darah
keseluruh pembuluh-pembuluh dan dapat menyebabkan luka pada
jaringan-jaringan yang disuplai oleh pembuluh-pembuluh.
Peradangan dari lapisan paru-paru (pleuritis) dan dari jantung
(pericarditis) dapat menyebabkan sakit dada yang tajam. Sakit dada ini
diperburuk oleh batuk, tarik napas yang dalam, dan perubahan-perubahan
posisi tubuh tertentu. Otot jantung sendiri jarang dapat menjadi
meradang (
carditis). Juga telah ditunjukkan bahwa wanita-wanita
muda dengan SLE mempunyai suatu risiko yang meningkat signifikan dari
serangan-serangan jantung dari penyakit arteri koroner.
Peradangan ginjal pada SLE dapat menyebabkan kebocoran dari protein kedalam urin (air seni), penahanan cairan, tekanan darah tinggi,
dan bahkan gagal ginjal. Dengan kegagalan ginjal, mesin-mesin
diperlukan untuk membersihkan darah dari racun-racun yang terakumulasi
pada suatu proses yang disebut
dialysis.
Keterlibatan dari otak dapat menyebabkan perubahan-perubahan pribadi, kelainan-kelainan pemikiran (
psychosis),
seizures, dan bahkan koma. Kerusakkan pada syaraf-syaraf dapat
menyebabkan kekebasan, kesemutan (tingling), dan kelemahan dari
bagian-bagian tubuh yang terlibat atau kaki dan tangan. Keterlibatan
otak disebut
cerebritis.
Banyak pasien-pasien dengan SLE mengalami kerontokkan rambut (
alopecia). Seringkali, ini terjadi secara simultan dengan suatu peningkatan aktivitas penyakitnya.
Beberapa pasien-pasien dengan SLE mempunyai
Raynaud's phenomenon.
Pada pasien-pasien ini, suplai darah ke jari-jari tangan dan jari-jari
kaki menjadi terganggu atas ekspose pada udara dingin, menyebabkan
pucat, perubahan warna kebiru-biruan, dan sakit pada jari-jari tangan
dan kaki yang terekspose.
Mendiagnosis Lupus
Karena pasien-pasien dengan SLE dapat mempunyai suatu variasi yang
besar dari gejala-gejala dan kombinasi-kombinasi berbeda-beda dari
keterlibatan organ, tidak ada satu tes yang menetapkan diagnosis dari
lupus sistemik. Untuk membantu dokter-dokter memperbaiki ketepatan
diagnosis dari SLE, sebelas kriteria ditetapkan oleh American Rheumatism
Association. Sebelas kriteria ini dihubungkan erat dengan gejala-gejala
yang didiskusikan diatas. Beberapa pasien-pasien yang dicurugai
mempunyai SLE mungkin tidak akan pernah mengembangkan cukup kriteria
untuk suatu diagnosis yang pasti. Pasien-pasien lain mengakumulasi cukup
kriteria hanya setelah pengamatan yang berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Ketika seseorang mempunyai empat atau lebih dari
kriteria-kriteria ini, diagnosis SLE sangat dianjurkan. Meskipun
demikian, diagnosis SLE dapat dibuat dalam beberapa tata cara pada
pasien-pasien dengan hanya beberapa dari kriteria-kriteria klasik ini.
Dari pasien-pasien ini, sejumlahnya mungkin kemudian mengembangkan
kriteria-kriteria lain, namun banyak yang tidak pernah melakukannya.
11 kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis lupus sistemik eritematosus (systemic lupus erythematosus) adalah:
- malar (diatas pipi muka) "butterfly" rash
- discoid skin rash: kemerahan yang setengah-setengah yang dapat menyebabkan luka parut (scarring)
- photosensitivity: rash kulit sebagai reaksi pada ekspose sinar matahari
- borok-borok lapisan lendir (mucus membrane ulcers): borok-borok dari lapisan mulut, hidung atau tenggorokan
- arthritis: dua atau lebih pembengkakkan dan sendi-sendi yang lunak dari kaki-kaki dan tangan-tangan
- pleuritis/pericarditis: peradangan dari jaringan pelapis sekeliling
jantung atau paru-paru, umumnya dihubungkan dengan sakit dada dengan
bernapas
- kelainan-kelainan ginjal: jumlah-jumlah abnormal dari protein urin atau gumpalan-gumpalan dari elemen-elemen sel disebut casts
- iritasi otak (brain irritation): dimanifeskan oleh gangguan hebat (seizures, convulsions) dan/atau psychosis
- Kelainan-kelainan perhitungan darah: jumlah yang rendah dari sel-sel darah putih atau darah merah, atau platelets
- immunologic disorder: tes-tes imun yang abnormal termasuk
antibodi-antibodi anti-DNA atau anti-Sm (Smith), tes darah untuk
syphilis yang positif palsu, antibodi-antibodi anticardiolipin, lupus
anticoagulant, atau positive LE prep test
- antinuclear antibody: tes positif antibodi ANA
Sebagai tambahan pada 11 kriteria ini, tes-tes lain dapat membantu
dalam mengevaluasi pasien-pasien dengan SLE untuk menentukan
keparahannya dari organ yang terlibat. Ini termasuk tes-tes rutin dari
darah untuk mendeteksi peradangan (contohnya, suatu tes disebut
sedimentation rate), tes kimia darah, analisa langsung dari cairan
internal tubuh, dan biopsi-biopsi jaringan. Kelainan-kelainan pada
cairan-cairan tubuh dan contoh-contoh jaringan (ginjal, kulit, dan
biopsi-biopsi syaraf) dapat lebih lanjut mendukung diagnosis dari SLE.
Prosedur-prosedur tes yang memadai untuk pasien dipilih secara individu
oleh dokter.
Perawatan Lupus sistemik
Tidak ada penyembuhan yang permanen untuk SLE. Tujuan dari perawatan
adalah untuk meringankan gejala-gejala dan melindungi organ-organ dengan
mengurangi peradangan dan/atau tingkat aktivitas autoimun didalam
tubuh. Banyak pasien-pasien dengan gejala-gejala ringan mungkin tidak
memerlukan perawatan atau hanya pemberian sebentar-sebentar dari
obat-obat antiperadangan. Mereka yang dengan penyakit yang lebih serius
melibatkan kerusakan pada organ-organ internal mungkin memerlukan
dosis-dosis tinggi dari corticosteroids dalam kombinasi dengan obat-obat
lain yang menekan sistim imun tubuh.
Pasien-pasien dengan SLE memerlukan lebih banyak istirahat selama
periode-periode waktu penyakit aktif. Peneliti-peneliti melaporkan bahwa
kualitas tidur yang miskin adalah suatu faktor signifikan pada
pengembangan kelelahan pada pasien-pasien dengan SLE. Laporan-laporan
ini menekankan kepentingan untuk pasien-pasien dan dokter-dokter untuk
menunjuk pada kualitas tidur dan efek dari depresi yang
melatarbelakanginya, kurang latihan, dan strategi-strategi yang
melingkupi perawatan diri atas kesehatan keseluruhan. Selama
periode-periode ini, latihan yang diresepkan secara hati-hati masih
tetap penting untuk memelihara kesehatan otot dan cakupan pergerakan
dari sendi-sendi.
Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) membantu dalam
mengurangi peradangan dan sakit pada otot-otot, sendi-sendi, dan
jaringan-jaringan lain. Contoh-contoh dari NSAIDs termasuk
aspirin,
ibuprofen (Motrin),
naproxen (Naprosyn), dan
sulindac (Clinoril).
Karena respon individu pada NSAIDs berbeda-beda diantara pasien-pasien,
adalah umum untuk seorang dokter untuk mencoba berbeda-beda NSAIDs
untuk mencari satu yang paling efektif dengan paling sedikit efek-efek
sampingan. Efek-efek sampingan yang paling umum adalah gangguan perut,
sakit abdomen, borok-borok (ulcers), dan bahkan perdarahan borok. NSAIDs
umumnya diminum dengan makanan untuk mengurangi efek-efek sampingan.
Kadangkala, obat-obat pencegah borok-borok ketika meminum NSAIDs,
seperti
misoprostol (Cytotec), diberikan secara simultan.
Corticosteroids lebih kuat/manjur dari pada NSAIDs dalam
mengurangi peradangan dan memugar kembali fungsi ketika penyakit aktif.
Corticosteroids terutama berguna ketika organ-organ internal terlibat.
Corticosteroids dapat diberikan secara oral, disuntikkan langsung
kedalam sendi-sendi dan jaringan-jaringan lain, atau dimasukkan melalui
urat nadi (intravenously). Sayangnya, corticosteroids mempunyai
efek-efek sampingan yang serius jika diberikan dalam dosis tinggi untuk
periode-periode waktu yang panjang, dan dokter akan mencoba untuk
memonitor aktivitas dari penyakit dalam rangka untuk menggunakan dosis
terendah yang aman. Efek-efek sampingan dari corticosteroids termasuk
penambahan berat badan, penipisan dari tulang-tulang dan kulit, infeksi,
diabetes, muka yang bengkak, katarak, dan kematian (necrosis) dari
sendi-sendi besar.
Hydroxychloroquine (Plaquenil) adalah suatu obat antimalaria
ditemukan terutama efektif untuk pasien-pasien SLE dengan kelelahan,
penyakit kulit dan sendi. Efek-efek sampingan termasuk diare, gangguan
perut, dan perubahan-perubahan pigmen mata. Perubahan-perubahan pigmen
mata adalah jarang, namun memerlukan pengawasan (monitoring) oleh
seorang dokter mata (ophthalmologist, spesialis mata) selama perawatan
dengan Plaquenil. Peneliti-peneliti telah menemukan bahwa Plaquenil
mengurangi secara signifikan frekwensi dari gumpalan-gumpalan darah
abnormal pada pasien-pasien dengan SLE sistemik. Lebih dari itu, efeknya
kelihatannya tidak tergantung dari penekanan imun, menyiratkan bahwa
Plaquenil dapat bekerja langsung mencegah darah menggumpal. Kerja yang
mempesona ini menyoroti suatu alasan yang penting untuk pasien-pasien
dan dokter-dokter untuk mempertimbangkan Plaquenil, terutama untuk
pasien-pasien yang berada pada beberapa risiko dari gumpalan-gumpalan
darah didalam vena-vena dan arteri-arteri, seperti yang dengan
antibodi-antibodi phospholipid (cardiolipin antibodies, lupus
anticoagulant, dan VDRL positif palsu). Ini berarti tidak hanya bahwa
Plaquenil mengurangi kesempatan untuk mengembang kembali dari SLE, namun
itu dapat juga menguntungkan dalam pengenceren darah untuk mencegah
penggumpalan darah yang berlebihan secara abnormal.
Untuk penyakit kulit yang resisten, obat-obat antimalarial lainnya, seperti
chloroquine (Aralen) atau
quinacrine,
dipertimbangkan dan dapat digunakan dalam kombinasi dengan
hydroxychloroquine. Obat-obat alternatif untuk penyakit kulit termasuk
dapsone dan
retinoic acid (Retin-A).
Retin-A seringkali efektif untuk suatu bentuk seperti kutil yang tidak
umum dari penyakit kulit lupus. Untuk penyakit kulit yang lebih berat,
obat-obat peneken kekebalan (immunosuppressive medications)
dipertimbangkan seperti dibawah.
Obat-obat yang meneken imunitas (immunosuppressive medications) juga disebut obat-obat
cytotoxic.
Obat-obat peneken imunitas digunakan untuk merawat pasien-pasien dengan
manisfestasi-manifestasi yang lebih berat dari SLE dengan kerusakan
pada organ-organ internal. Contoh-contoh dari obat-obat peneken
kekebalan termasuk
methotrexate (Rheumatrex, Trexall),
azathioprine (Imuran),
cyclophosphamide (Cytoxan),
chlorambucil (Leukeran), dan
cyclosporine (Sandimmune).
Semua obat-obat peneken kekebalan dapat menekan secara serius jumlah
sel darah dan meningkatkan risiko infeksi dan perdarahan. Efek-efek
sampingan lainnya adalah khas untuk setiap obat. Contohnya,
Rheumatrex dapat menyebabkan keracunan hati, sedangkan
Sandimmune dapat menggangu fungsi ginjal.
Dalam tahun-tahun terakhir,
mycophenolate mofetil (Cellcept)
telah digunakan sebagai suatu obat yang efektif untuk lupus, terutama
ketika dihubungkan dengan penyakit ginjal. Cellcept telah berguna dalam
membalikkan lupus ginjal yang aktif (lupus renal disease) dan dalam
memelihara remisi setelah itu ditetapkan. Profil efek sampingannya yang
rendah lebih menguntungkan dibanding obat-obat penekan kekebalan
tradisional.
Pada pasien-pasien dengan penyakit otak atau ginjal yang serius,
plasmapheresis
kadangkala digunakan untuk membuang antibodi-antibodi dan bahan-bahan
kekebalan lainnya dari darah untuk menekan kekebalan. Beberapa
pasien-pasien SLE dapat mengembangkan tingkat-tingkat platelet rendah
yang serius, dengan demikian meningkatkan risiko perdarahan yang
berlebihan dan spontan. Karena limpa (spleen) dipercayai sebagai tempat
utama dari penghancuran platelet, pembuangan dari limpa secara operasi
kadangkala dilaksanakan untuk memperbaiki tingkat-tingkat platelet.
Perawatan-perawatan lain termasuk
plasmapheresis dan penggunaan dari hormon-hormon pria. Plasmapheresis juga telah digunakan untuk membuang protein-protein (
cryoglobulins)
yang dapat menjurus pada vasculitis. Tahap akhir kerusakan ginjal dari
SLE memerlukan cuci darah (dialysis) dan/atau suatu cangkok ginjal
(kidney transplant).
Penelitian baru-baru ini mengindikasikan keuntungan-keuntungan dari
rituximab (Rituxan)
dalam merawat lupus. Rituximab adalah suatu antibodi yang diinfus
melalui urat nadi yang menekan suatu sel darah putih yang tertentu, sel
B, dengan mengurangi jumlahnya didalam sirkulasi. Sel-sel B telah
ditemukan memainkan suatu peran pusat pada aktivitas lupus, dan ketika
mereka ditekan, penyakitnya cenderung menuju remisi.
Pada pertemuan National Rheumatology tahun 2007, ada suatu makalah
yang disajikan menyarankan bahwa tambahan makanan dari minyak ikan
omega-3 dalam dosis rendah dapat membantu pasien-pasien lupus dengan
mengurangi aktivitas penyakit dan kemungkinan mengurangi risiko penyakit
jantungk.
Mencegah Aktivitas Lupus
SLE tanpa ragu adalah suatu penyakit yang berpotensi serius dengan
keterlibatan banyak sistim-sistim organ. Bagaimanapun, adalah sangat
penting untuk mengenali bahwa kebanyakan pasien-pasien dengan SLE
menjalankan hidup yang penuh, aktif, dan sehat. Peningkatan-peningkatan
secara periodik dalam aktivitas penyakit (
flares) umumnya dapat
dimanage oleh bermacam-macam obat-obatan. Karena sinar ultraviolet dapat
mempercepat dan memperburuk flares, pasien-pasien dengan lupus sistemik
harus menghindari ekspose pada matahari. Pelindung matahari dan baju
menutupi tangan dan kaki dapat membantu. Pemberhentian obat-obatan
dengan tiba-tiba, terutama corticosteroids, dapat juga menyebabkan
flares dan harus dihindari. Pasien-pasien dengan SLE berada pada risiko
infeksi-infeksi yang meningkat, terutama jika mereka minum
corticosteroids atau obat-obat penekan kekebalan. Oleh karenanya, demam
apa saja yang tidak diharapkan harus dilaporkan dan dievaluasi.
Kunci menuju keberhasilan memanage SLE adalah kontak dan komunikasi
yang reguler, mengizinkan monitor dari gejala-gejala,
aktivitas-aktivitas penyakit, dan perawatan efek-efek sampingan.
Lupus mempengaruhi Kehamilan
Pasien-pasien dengan SLE yang menjadi hamil dipertimbangkan sebagai
"berisiko tinggi". Wanita-wanita dengan SLE yang hamil memerlukan
observasi yang ketat selama kehamilan dan waktu kelahiran. Ini termasuk
monitor janin bayi oleh dokter kandungan selama kehamilan. Wanita-wanita
ini dapat mempunyai suatu peningkatan risiko keguguran dan dapat
mempunyai flares dari SLE selama kehamilan. Kehadiran dari
antibodi-antibodi phospholipid, seperti cardiolipin antibodies atau
lupus anticoagulant, didalam darah dapat mengidentifikasi pasien-pasien
yang berada pada risiko keguguran. Cardiolipin antibodies dihubungkan
dengan suatu kecenderungan menuju penggumpalan darah. Pasien-pasien
dengan SLE yang mempunyai cardiolipin antibodies atau lupus
anticoagulant mungkin memerlukan obat-oba pengencer darah (aspirin
dengan atau tanpa heparin) selama kehamilan untuk mencegah keguguran.
Perawatan-perawatan lain yang dilaporkan termasuk penggunaan gamma
globulin secara intravenous untuk pasien-pasien terpilih dengan sejarah
keguguran prematur dan yang dengan elemen-elemen penggumpal darah
(platelets) yang rendah selama kehamilan. Wanita-wanita hamil yang
mempunyai suatu kejadian penggumpalan darah sebelumnya mungkin mendapat
keuntungan dengan penerusan dari pengencer darah sepanjang dan sesudah
kehamilan untuk waktu 6 sampai 12 minggu, pada waktu mana risiko
penggumpalan berhubungan dengan kehamilan kelihatannya berkurang.
Sekarang telah ditemukan bahwa Plaquenil adalah aman untuk digunakan
merawat SLE selama kehamilan.
Antibodi-antibodi Lupus dapat dipindahkan dari ibu kepada janin dan berakibat pada penyakit lupus pada bayi ("
neonatal lupus"). Ini termasuk pengembangan dari jumlah sel darah merah yang rendah (
anemia)
dan/atau sel darah putih dan platelet, dan skin rash.
Persoalan-persoalan dapat juga berkembang pada sistim listrik jantung
bayi (
congenital heart block). Adakalanya, suatu pemacu jantung
untuk jantung bayi diperlukan pada keadaan ini. Neonatal lupus dan
congenital heart block lebih umum pada bayi-bayi yang baru dilahirkan
dari ibu-ibu dengan SLE yang membawa antibodi-antibodi yang dirujuk
sebagai anti-Ro (or SS-A) dan anti-La (or SS-B). (Adalah bijaksana untuk
menyadarkan dokter dari bayi yang baru dilahirkan jika ibuya diketahui
membawa antibodi-antibodi ini. Risiko dari heart block adalah 2%, risiko
dari neonatal lupus adalah 5%.) Neonatal lupus umumnya hilang setelah
umur 6 bulan ketika antibodi-antibodi ibunya perlahan-lahan
dimetabolisme oleh bayi itu.
Masa Depan Lupus
Keseluruhannya, ramalan untuk pasien-pasien dengan lupus sistemik
menjadi lebih baik setiap dekadenya dengan pengembangan dari tes-tes
monitor dan perawatan-perawatan yang lebih akurat.
Peranan dari sistim imun dalam menyebabkan penyakit-penyakit menjadi
lebih baik dimengerti melalui penelitian. Pengetahuan ini akan
diterapkan untuk merencanakan metode-metode perawatan yang lebih aman
dan efektif. Contohnya, merevisi cecara lengkap sistim imun dari
pasien-pasien denga perawatan-perawatan yang sangat agresif yang secara
virtual menghapus sementara sistim imun, sedang dievaluasi. Studi-studi
sekarang melibatkan pemberantasan imun dengan atau tanpa penggantian
dari sel-sel yang dapat membentuk kembali sistim imun (
stem cell transplantation).
Perlu dicatat bahwa pasien-pasien dengan SLE berada pada suatu
sedikit banyaknya peningkatan risiko mengembangkan kanker. Risiko kanker
adalah paling dramatis untuk kanker-kanker darah, seperti
leukemia dan
lymphoma,
namun juga meningkat untuk kanker payudara. Risiko ini mungkin
berhubungan sebagian dengan perubahan sistim imun yang adalah
karakteristik dari SLE.
Wanita-wanita dengan SLE kelihatannya berada pada peningkatan risiko penyakit jantung (penyakit jantung koroner)
menurut laporan-laporan terbaru. Wanita-wanita dengan SLE harus
dievaluasi untuk memperkecil faktor-faktor risiko penyakit jantung,
seperti peningkatan kolesterol darah, berhenti merokok, tekanan darah tinggi, dan kegemukan.
DHEA (dehydroepiandrosterone) membantu dalam mengurangi
kelelahan, memperbaiki kesulitan-kesulitan berpikir, dan memperbaiki
kualitas hidup pada pasien-pasien dengan SLE. Penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa DHEA telah menunjukkan memperbaiki atau
menstabilkan tanda-tanda dan gejala-gejala dari SLE. DHEA umumnya
tersedia pada toko-too makanan sehat, apotik-apotik, dan pada banyak
toko-toko pangan.
Penelitian yang menonjol telah menunjukkan dengan jelas bahwa
obat-obat pencegah kehamilan oral tidak meningkatkan angka flares dari
lupus sistemik eritematosus (systemic lupus erythematosus). Penemuan
penting ini berlawanan dengan apa yag telah diperkirakan bertahun-tahun.
Sekarang kita dapat menenteramkan hati wanita-wanita dengan lupus bahwa
jika mereka meminum pil-pil pengendali kelahiran, mereka tidak
meningkatkan risiko mereka untuk timbulnya lupus (lupus flares).
Catatan: Pil-pil pengendali kelahiran atau obat-obat estrogen apa saja
tetap harus dihindari oleh wanita-wanita yang berada pada peningkatan
risiko penggumpalan darah, seperti wanita-wanita lupus yang mempunyai
antibodi-antibodi phospholipid (termasuk cardiolipin antibody atau lupus
anticoagulant).
Individu-individu dengan SLE dapat memperbaiki ramalan (prognosis)
mereka baik dengan belajar tentang banyaknya aspek-aspek dari penyakit
maupun monitor yang ketat kesehatan mereka dengan dokter-dokter mereka.
sumber: www totalkesehatananda.com