Pengetahuan lebih utama dari pada harta. Pengetahuan akan menjagamu, sedangkan kau harus menjaga hartamu. Harta akan berkurang bila kau nafkahkan, sedangkan pengetahuan akan bertambah subur bila kau nafkahkan. Demikian pula budi yang ditimbulkan dengan harta akan hilang dengan hilangnya harta. Melalui blog ini, saya mencoba berbagi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu kesehatan yang saya pelajari. Semoga bermanfaat bagi pembaca. GBU ^_^
Who's Fransisca Betha?
Thursday, 4 July 2013
(CALON) AYAH ASI adalah dambaan setiap (CALON) BUNDA
Nggak kebayang nih, di jaman yg udah canggih begini, klo ada ibu yg baru melahirkan masih ada yg menanyakan "klo ASI-ku belum keluar selama 3 hari pasca melahirkan, gimana itu? apakah aku harus memberikan sufor (susu formula)?" nah loh! salah siapa?? salah bundanya kah? atau salah suaminya yg sama2 ga tau apa2 ?? ga pengen kan jadi orangtua baru yg serba "kaget" dg kondisi yg baru? Bagi pria & wanita yang sudah memasuki usia reproduksi sehat ada baiknya pro-aktif memperkaya pengetahuan sebagai bekal saat berkeluarga nanti.
Bahwa memberikan ASI pada bayi bukan hanya tugas & tanggungjawab seorang Ibu saja tetapi juga membutuhkan peran serta dan dukungan dari suami. Maka bukan hal yang sia-sia bagi para calon ayah ataupun yang sudah menjadi ayah untuk mencari tau informasi tentang ASI. Jadilah suami yang cerdas & siaga.
"Tau apa sih bapak2 ini ttg ASI. Soal menyusui kan kan urusan perempuan. Bapak2 yg aneh!"
Waah, klo masih brpikiran spt itu, udah ketinggalan jaman banget. Hari gini, siapapun yg tidak tau ttg kehebatan ASI dan tidak mendukung seorang Ibu menyusui bayinya, well dialah yg aneh.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa keberhasilan/kegagalan pemberian ASI adalah 50% keberhasilan/kegagalan ayah juga. So, di dunia yg semakin canggih ini seorang ayah tidak saja perlu tahu cara kerja gadget/smartphone terbaru, tetapi juga cara kerja hormon prolaktin dan oksitosin ketika istrinya sedang menyusui. Dan tau persis apa peran suami terhadap proses menyusui, peran dalam segala hal-hal yang menyangkut reproduksi suami maupun istri.
(calon) suami yg keren itu adalah... yang tau dan mendukung segala hal tentang ASI kepada istrinya.
(calon) suami yg cinta anak itu adalah... yang mulai mempelajari pentingnya ASI untuk mereka yg akan meneruskan jejak hidup sang ayahnya.
Siklus kehidupan dimulai dari bersatunya energi feminim dan maskulin (seks) --> kehamilan --> persalina n --> menyusui --> menjadi orangtua, merupakan satu lingkaran yg tidak terputus dan setiap titik menentukan kualitas mata rantai berikutnya. Umumnya para pria hanya meminati titik pertama (seks) dan hampir buta total akan tahapan selanjutnya, hingga tiba2 mendapati diri mereka sebagai seorang Ayah baru yg kebingungan, karena semua tahap lainnya dianggap urusan wanita saja. Sungguh ironis jika di jaman sekarang masih ada yang berpikiran seperti itu. Andai (calon) Ayah ASI mau mulai membuka mata, hati dan kesadaran bahwa hidup ini sakral, mulia dan patut dirawat dg cinta dan kewarasan. Terutama bagi sesama Ayah, mari kembalikan pengertian bahwa maskulinitas bukanlah sekedar menjadi keren, jagoan, dan sukses, namun menjadi pria yg memahami artinya melindungi, memimpin, dan mencintai keluarga. Perjalanan ini bisa diawali dg mulai memperlajari pentingnya ASI untuk tumbuh kembang fisik, psikologis, dan spiritual bagi mereka yg akan meneruskan jejak hidup sang Ayah....
Sebagai Ayah.. Terbangun di malam hari untuk membantu istri itu sudah harga mati !!!
Hal pentingnya adalah membuat si ibu tenang dan bahagia agar produksi ASI slalu lancar. So, penggantian popok seharusnya bisa dilakukan secara bergiliran agar si ibu bisa beristirahat cukup dan tidak repot sendirian. Dan yang bs dilakukan Ayah adalah menyendawakan si bayi setelah disusui. Berpelukan skin to skin (tanpa pakaian), percaya atau tidak, hanya dlm hitungan menit, sendawa tsb segera terjadi. Bonding antara Ayah n anak adalah hal yg begitu romantis bagi seorang Ayah. Untuk mencapai perilaku tersebut tentu didasari oleh pengetahuan & kesadaran si Ayah terlebih dahulu mengenai betapa pentingnya ASI dan sejauh mana peran ayah dalam mendukung ibu menyusui. Jika sudah mencapai pada tahap itu, barulah si Ayah dapat disebut "Ayah ASI"
Jangan segan bagi ayah untuk ikut masuk dalam ruang konsultasi saat istri berkunjung ke bidan atau dokter Obsgyn. Ini jaman pro aktif. Educating for better parenting itu sangat diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Dan tentu saja ini perlu kerjasama dari kedua orangtua.
Andai semua (calon) ayah & ibu itu ter-edukasi dengan baik ,bahwa: bayi baru lahir dan tanpa komplikasi masih membawa 'ransum' dari rahim dan bahkan masih sanggup bertahan 3x24 jam tanpa asupan apapun, bahwa sudah jadi sifat ASI awal yg berwarna kekuningan (kolostrum) hanya diproduksi sedikit (tp sangat bermanfaat untuk diberikan!), bahwa lambung bayi baru lahir besarnya hanya sebesar gundu dan untuk itu tidak apa2 jika cuma perlu ASI sesendok teh, bahwa organ cerna bayi yang baru lahir dan belum sempurna itu hanya bisa disempurnakan fungsinya oleh ASI.
Andai juga mereka tahu beratnya kerja organ cerna bayi akibat segala zat tambahan (fortifikasi) dalam sufor (susu formula), belum lagi probabilitas tercemarnya bakteri/virus baik dalam sufor sendiri maupun dalam media dan proses saat kita menyuguhkannya ke bayi.
Andaikan para (calon) ayah & ibu tahu caranya memijat payudara, mengompres, sampai mencoba memerah dengan teknik marmet yang benar; tentu sejak awal, meskipun setetes demi setetes pastilah cairan emas itu keluar. Disini ayah bisa berperan dalam melakukan pijat oksitosin sebagai proses pembentukan ASI. Sungguh bentuk kerjasama yang baik bukan?
Andai semua (calon) ayah & ibu tahu pentingnya perlekatan yang baik dan benar; yang akan mengurangi peluang lecet, mendorong peningkatan produksi ASI sekaligus membuat bayi kian senang berlama-lama 'nemplok' di dada ibu. Disini ayah dapat berperan dalam mendukung proses perlekatan, ikut membelai dan mendampingi ibu.
Andai semua (calon) ayah & ibu tahu bahwa lelah dan sakit usai melahirkan itu harus dilawan, bahkan dikalahkan dengan cara terus menerus menyusui bayi sesering mungkin atau minimal 1-2 jam sekali; yang akan secara bertahap membuat otak terus2an memerintahkan prolaktin untuk berproduksi, dan menyiapkan 'gudang ASI' di area areola untuk siap menampung hasilnya. Disini ayah dapat berperan memberikan motivasi dan semangat bagi ibu, mendampingi dan sama-sama saling menciptakan suasana yang mendukung.
Andai semua (calon) ayah & ibu mau belajar menghipnosis dirinya sendiri dengan sugesti positif ke alam bawah sadarnya; bahwa "ASI saya pasti cukup"; sebab produksi dan sekresi ASI selalu dan selamanya adalah 'mind game'; what you think is what you will be. Disini peran ayah juga bisa sebagai hypnoterapist yang paling mujarab bagi istri dengan memberikan mindset positif mengenai keyakinan ibu bahwa proses menyusui itu pasti akan berhasil, dan saya(ayah) akan selalu menemani dalam melaluinya bersama demi buah hati kita. Sunggung tidak hanya romantis, namun juga sosok ayah yg bertanggung jawab dan mengayomi. Andai saja, semua lelaki bernama 'Ayah' pun tahu hal yang sama, lalu dengan segenap tenaga berusaha mendukung tuk terus menyemangati si ibu.
Dan tidak terkecuali seorang ibu yang berprofesi sebagai petugas kesehatan sekalipun, tetap memerlukan Ayah cerdas, ayah ASI juga!
Andai semua Ibu dan Ayah sudah sejauh itu tahu, jauh sebelum mereka memikul amanah berupa satu nyawa yaitu anak, betapa beruntungnya seluruh bayi dan ibu karena memiliki ayah yang cerdas dan bertanggungjawab.
Dan betapa berterimakasihnya negri ini karena mereka telah menyumbangkan calon generasi penerus bangsa yang berkualitas sejak dini.
Betapa berterimakasihnya negri ini karena secara tidak langsung akan berpengaruh pula terhadap perbaikan kondisi perekonomian karena setiap ibu melahirkan tidak perlu banyak keluar biaya dan repot2 membeli susu formula, dan mengurangi budget berobat karena bayi dengan ASI ekslusif dan menyusui sampai 2th adalah bekal antibody yang sungguh luar biasa.
Serta masih banyak keuntungan2 lain dibalik semua itu :)
-salam ASI-
sumber: https://www.facebook.com/ayahasi?fref=ts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment